Kamis, 22 Oktober 2009

LPJ kajian drama BIASSUKMA

Unit Kegiatan : Mata Kuliah Kajian Drama

Program : Proyek Pementasan Drama

Kegiatan : Pementasan teater Biassukma “Erat yang Makin Menjerat” karya Muhammad Sodiq

A. ANALISIS PENCAPAIAN KINERJA KEGIATAN

I. Pelaksanaan

Pementasan teater Biassukma “Erat yang Makin Menjerat” karya Muhammad Sodiq sudah dilaksanakan dengan sukses di Stage Tejakusuma FBS Barat UNY pada tanggal 5 Januari 2009. Kegiatan dapat dilaksanakan sesuai dengan jadwal kegiatan yang telah disusun sebelumnya. Penonton yang ikut berpartisipasi melebihi target sebelumnya. Dana yang ada dapat mencukupi keperluan sehingga kegiatan berlangsung. Pementasan drama yang digelar mampu menghibur penonton dan mampu memberikan gambaran tentang kehidupan bangsa Indonesia pada saat ini.

II. Hambatan dan Jalan Keluar

Dalam setiap kegiatan tentunya terdapat hambatan-hambatan yang dihadapi baik berskala besar maupun kecil. Demikian juga dalam pelaksanaan Pementasan teater Biassukma “Erat yang Makin Menjerat” karya Muhammad Sodiq ini. Namun, sebesar apapun hambatan yang di alami asalkan kita mampu mengatasi dan mecari jalan keluar maka hambatan tersebut terasa tidak ada.

Adapun hambatan yang dialami antara lain:

š Minimnya dana.

Jalan keluar: berusaha menghemat dana seminim mungkin dengan mengurangi pengeluaran-pengeluaran yang kurang begitu diperlukan

š Minimnya tempat untuk penonton saat pementasan

.jalan keluar: panitia menggunakan panggung yang tidak terpakai untuk tempat duduk penonton saat pementasan berlangsung

š Minimnya panitia

Jalan keluar: setiap panitia bekerja keras dalam mempersiapkan dan melaksanakan kegiatan. Setiap panitia diberi tugas yang jelas.

š Rasa malas dan capek ketika mengikuti proses latihan

Jalan keluar: menjaga kekompakan pada diri sapu sodho sehingga perasaan malas dan capek hilang.

š Waktu latihan yang singkat padahal naskah yang diambil cukup sulit

Jalan keluar: latihan dengan sungguh-sungguh dan memanfaatkan hari-hari kosong untuk latiha agar menghasilkan produksi yang memuaskan.

III. Faktor Pendorong Keberhasilan

Tingginya rasa solidaritas baik dari panitia sendiri maupun dari peserta sehingga kegiatan Pementasan teater Biassukma “Erat yang Makin Menjerat” karya Muhammad Sodiq dapat terlaksana dengan baik.

IV. Faktor Penghambat Keberhasilan

Minimnya dana, sehingga teater Biassukma “Erat yang Makin Menjerat” karya Muhammad Sodiq tersebut dilaksanakan dengan sederhana tanpa menghilangkan kemeriahan pentas. Kurangnya panitia sehingga setiap panitia harus bekerja keras untuk mensukseskan kegiatan ini. Tingkat partisipasi penonton yang melonjak membuat panitia bekerja keras untuk menyediakan tempat tambahan. Namun, penghambat tersebut dapat diatasi sehingga tidak begitu mengganggu jalannya kegiatan.

A. SUMBER DAYA

I. Panitia

Panitia kegiatan Pementasan teater Biassukma “Erat yang Makin Menjerat” karya Muhammad Sodiq adalah mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FBS UNY reguler angkatan 2006. Adapun susunan kepanitiaan sebagai berikut :

SUSUNAN PANITIA

Penasihat : Siti Nurbaya, M.Si. (Kajur PBSI)

Penanggung Jawab : Dr. Suroso (Pengampu Mata Kuliah Kajian Drama)

1. Susunan Panitia

a. Tim Produksi

Pimpinan Produksi : Irsyad Kusuma

Sekretaris I : Khayatun

Sekretaris II : Vebru Listianingrum

Bendahara : Hetty Risdiawati

Aprina tri Retnangingrum

Sie Humas : Sunu Kastawa

Gita Anantari

Sri Sunarti

Sie Sponsorship : Nurhayati Budiyanti

Muhammad Aris

David kurniawan

Nuri Fatonah

Aan Darmawan

Deasy Puspitaning

Siti Aminingsih

Sie Konsumsi : Deka Kurnia

Ika Apriana

Titik

Nurhabibah

Sie Acara : Ririn Styawati

Miyati Murih

Tika Herningtyas

Prasetyo Wibowo

Nurul Izza Aulia

Aprilia Kartika

Rianita Kusumawati

Nurafidatul mualifah

Sie PDD : Riskiaji Primastomo

Pranita Y

Ari Indrawati

Fitriana Astuti

Tata Lampu : Avit Rudiarto

Sie Keamanan : Sidiq ardiyanta

b. Tim Artistik

Sutradara : Muhammad Shodiq

Assisten Sutradara : Annisa Nurrahmani

Make Up & Kostum : Purwaning Linanda

Maria Harmin O

Musik : Jaka Ahmad Zulkarnaen

Sunu Kastawa

Perlengkapan : Yudi Handoko

Sidiq Ardiyantta

Aan Darmawan

David Kurniawan

Diah Utari

Fistian Noviana

Rivaatus Saadah

Sri Rizki Lestari

kajian wacana: teks, koteks, dan konteks

  1. Teks

Banyak orang mempertukarkan istilah teks dan wacana. Sebenarnya, istilah teks lebih dekat pemaknaannya dengan bahasa tulis, dan wacana pada bahasa lisan (Dede Oetomo, 1993:4). Dalam tradisi tulis, teks bersifat monolog noninteraksi, dan wacana lisan bersifat dialog interaksi. Dalam konteks ini, teks dapat disamakan dengan naskah, yaitu semacam bahan tulisan yang berisi materi tertentu, seperti naskah materi kuliah, pidato, atau lainnya. Jadi, perbedaan kedua istilah itu semata-mata terletak pada segi (jalur) pemakaiannya saja. Namun demikian, atas dasar perbedaan penekanan itu pula kemudian muncul dua tradisi pemahaman di bidang linguistik, yaitu analisis linguistik teks dan analisis wacana. Analisis linguistik teks langsung mengandaikan objek kajiannya berupa bentuk formal bahasa, yaitu kosa kata dan kalimat. Sedangkan analisis wacana mengharuskan disertakannya analisis tentang konteks terjadinya suatu tuturan.

Sebenarnya, teks adalah esensi wujud bahasa. Dengan kata lain, teks direalisasi (diucapkan) dalam bentuk wacana. Mengenai hal ini Van Dyk (dalam PWJ Nababan, 1987:64) mengatakan bahwa teks lebih bersifat konseptual. Dari sinilah kemudian berkembang pemahaman mengenai teks lisan dan teks tulis.

  1. Koteks

Koteks adalah teks yang bersifat sejajar, koordinatif, dan memiliki hubungan dengan teks lainnya, teks satu memiliki hubungan dengan teks lainnya. Teks lain tersebut bisa berada di depan (mendahului) atau di belakang (mengiringi).

Keberadaan koteks dalam suatu struktur wacana menunjukkan bahwa teks tersebut memiliki struktur yang saling berkaitan satu dengan yang lain. Gejala inilah yang menyebabkan suatu wacana menjadi utuh dan lengkap. Dengan demikian, koteks berfungsi sebagai alat bentu memahami dan menganalisis wacana. Koteks adalah teks yang berhubungan dengan sebuah teks yang lain. Koteks dapat pula berupa unsur teks dalam sebuah teks. Wujud koteks bermacam-macam, dapat berupa kalimat, atau paragraf.

Koteks disebut juga sebagai konteks lingusitik.

Contoh penggunaan koteks adalah sebagai berikut.

Terimakasih.

Jalan pelan-pelan! Banyak anak-anak.

Wacana dua adalah peringatan bagi orang yang akan melewati jalan kampung. Apabila pejalan telah menaatinya misalnya dengan mengurangi laju kendaraanya, maka wacana satu adalah satu ucapan yang diberikan masyarakat setempat kepada pejalan. Salah satu teks tersebut berkedudukan sebagai koteks (teks penjelas) bagi teks lainnya.

  1. Konteks

Konteks adalah lingkungan yang dimasuki sebuah kata (Gorys keraf, 2007: 67). dalam banyak hal kosakata dapat diperluas melalui konteks, baik lisan maupun secara tertulis.

Konteks ialah situasi atau latar terjadinya suatu komunikasi. Konteks dapat dianggap sebagai sebab atau alasan terjadinya suatu perbincangan atau dialog. Segala sesuatu yang berhubungan dengan tuturan, baik berkaitan dengan arti, maksud maupun informasinya sangat tergantung pada konteks yang melatarbelakangi peristiwa tuturan tersebut.

titipan bintang

Aku sudah menitipkannya pada sebuah bintang

Bintang yang paling bersinar

di malam mendhung

pada Raga dan jiwaku yang meski sanggup menggapainya

Masih ingatkah kau tentang itu

Kau terlalu kerdil, bahkan menjadi pecundang sekalipun

aku takkan sanggup menahan tawaku, kegilaan ini.

Wajahku kini tak lagi seperti lalu, saat kau mengenalku

Hanya untuk yang universal, kau sdikit lebih

Baginya, no man

mari berbagi

aku adalah pengguna blog yang masih awam. buat semua pembaca biasa blogging bisa ngajari aku.